Friday, December 24, 2010

Yesus dalam Lego Game

Anak-anak di seluruh dunia suka main Lego game. Kisah-kisah pokok tentang Yesus juga bisa dinikmati melalui Lego game. Join in these Lego games!


Yesus dilahirkan dan tamu-tamu berdatangan.
Selamat hari Natal!



Perjamuan terakhir Yesus dengan murid-muridnya



Ketika Yesus sedang diadili, dia juga didera dan dihina



Yesus sedang disiapkan untuk penyaliban



Yesus telah disalibkan, diapit dua orang penjahat



(Untuk Lego game kisah-kisah alkitabiah, klik http://www.thebricktestament.com/)




Sunday, October 31, 2010

Yesus Ternyata Bisa Tertawa...


Perjanjian Baru sama sekali tidak memuat suatu catatan apapun tentang Yesus yang tertawa atau tersenyum selama kegiatannya di tanah Yahudi Palestina abad pertama Masehi. Hal ini menimbulkan suatu gambaran skriptural yang membosankan tentang seorang Yesus yang terlalu serius sehingga tak memiliki waktu lagi untuk tersenyum atau tertawa.

Orang mengatakan bahwa seorang yang sangat serius biasanya akan berumur pendek. Faktanya, Yesus mati ketika dia masih muda. Musuh-musuh-Nya membenci-Nya karena Dia terlalu serius dengan tujuan-Nya untuk mendirikan suatu pemerintahan Allah beyond politics di tanah Yahudi yang sedang dijajah Roma.

Tetapi, pada gambar di atas, seorang seniman Bali, I Gede Sukana Kariana, dari Den Pasar, Bali, Indonesia, melukiskan Yesus sedang tersenyum lebar sementara anak-anak mengerumuninya. 

Sukana Kariana menulis, “Dalam Alkitab, secara eksplisit tak ada suatu sebutanpun bahwa Yesus tersenyum. Hal ini suatu misteri buat saya, sehingga saya harus menemukannya melalui pencarian yang lebih teliti lagi di dalam Alkitab. Tertawa adalah suatu ekspresi alamiah yang dilakukan manusia, untuk mengungkapkan kegembiraan mereka dari dasar hati mereka. Sebagai seorang manusia, Yesus pasti memiliki emosi sama seperti manusia lainnya. Dia hidup sebagai seorang manusia normal. Meskipun tak ada suatu catatan eksplisit tentang bagaimana Yesus tertawa dan tersenyum, namun, ketika Dia berjumpa dengan banyak anak-anak, saya yakin Yesus tertawa dan membuat suatu banyolan bersama mereka.”

Sukar membayangkan Yesus tidak bergembira dan tidak bisa tersenyum dan tertawa di saat-saat Dia bermain bersama anak-anak kecil dari satu tempat ke tempat lainnya. Dunia kanak-kanak adalah dunia senyum, tawa dan dunia bermain dengan hati riang. Hanya anak-anak yang sudah bermental rusak (dilakukan oleh orang dewasa) telah kehilangan senyum, tawa dan canda.



Gambar di atas menampilkan Yesus sedang tertawa sambil mengerdipkan mata kanannya dan tangan kanannya memegang sebuah buku hebat karangan Charles Darwin, berjudul On the Origin of Species 2, dan tangan kirinya mengacungkan jempol. Tampak jelas kalau Yesus ini merekomendasikan buku tersebut untuk anda baca. Dengan ceria Yesus menyatakan dengan bahasa isyarat, hai orang Kristen, terimalah sains evolusi biologis. Mungkin begitu isi pikiran si pembuatnya.

Orang Kristen sebetulnya masih memiliki sebuah injil ekstrakanonik yang diberi nama Injil Yudas yang di dalamnya Yesus digambarkan tertawa ketika dia berada bersama murid-murid-Nya. Ini adalah suatu kabar baik; tetapi kabar buruknya adalah bahwa di sini, dalam injil apokrifal ini, tawa Yesus digambarkan sebagai suatu tawa yang sedikit bernada sinis.

Dalam pemikiran kristologis Kristen Yesus dipandang hampir menyeluruh sebagai sang Mesias yang menderita, yang telah mati dengan cara yang memalukan pada kayu salib konon untuk menyelamatkan manusia dari hukuman Allah karena dosa-dosa mereka. Suatu kematian di kayu salib dan manusia berdosa yang harus dihukum adalah suatu “bahasa teologis yang gelap”, yang kontraproduktif terhadap usaha apapun untuk membangun suatu masyarakat yang sehat dan berbahagia. 

Tetapi, jangan dilupakan, ketika gereja-gereja awal mentransformasi bahasa teologis yang gelap ini, maka penyaliban Yesus berubah menjadi suatu peristiwa Allah mengalami sedalam-dalamnya derita manusia, sekaligus menanggung akibatnya demi membebaskan manusia. Gelap diubah jadi terang, dan sang kegelapan kehilangan kuasa dan sengatnya, lewat peristiwa Jumat Agung dan Paskah gereja.





Oh ya tentu, adalah baik jika orang Kristen sungguh-sungguh memerlukan suatu sosok keagamaan seperti Budai, sang Buddha Tertawa (Mandarin: 笑佛), yang juga secara popular dikenal sebagai sang Buddha Gemuk atau sang Buddha Gede di negeri-negeri yang berbahasa Inggris.

Dipercaya sebagai satu inkarnasi dari Buddha Maitreya yang akan datang di akhir zaman, Budai sering digambarkan sebagai seorang berpenampilan botak, berperawakan gendut dan lebar, dan memakai sebuah jubah serta mengenakan atau membawa sebuah kalung biji tasbih untuk berdoa. Dia membawa sedikit miliknya di dalam sebuah karung goni, kelihatan miskin tetapi puas hati dan senang. Dalam folklor, Budai dikagumi karena keriangannya, karena selalu merasa cukup, dan memiliki hikmat tentang hidup dengan hati puas.

Satu kepercayaan popular dalam folklor menyatakan bahwa jika orang mengusap perut Budai yang gendut, orang itu akan menerima kegembiraan, kekayaan, hoki, dan kesejahteraan. Ya, memandang patung Budai saja sudah sanggup menimbulkan rasa senang di hati.

Tentu, para penganut Buddhisme sangatlah beruntung memiliki Budai, seorang suci yang selalu tertawa riang yang dapat membuat mereka juga senang dan tertawa. Seandainya pun Yesus tidak tertawa, anda sebagai seorang Kristen hendaklah suka tertawa ceria, supaya agama anda yang terlalu serius tidak berubah menjadi sebilah pedang yang tajam menusuk!

Be blessed.



Monday, September 13, 2010

Yesus dan Anak-anak Berbagai Negeri

Dalam beberapa bagian kitab-kitab injil sinoptik dalam Perjanjian Baru dikisahkan Yesus menerima anak-anak dan memberkati mereka (Markus 10:13-16; Matius 19:13-15; Lukas 18:15-17). Sikap Yesus terhadap anak-anak ini berbeda dari sikap murid-muridnya yang sempat memarahi orang-orangtua yang membawa anak-anak mereka kepada Yesus. 

Sebagai reaksi atas sikap murid-muridnya ini, Yesus berkata kepada mereka dengan nada marah,
“Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti itulah yang empunya kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, dia tidak akan masuk ke dalamnya.” (Markus 10:14-15)
Mari kita perhatikan lukisan-lukisan berikut yang diangkat dari kisah-kisah injil tentang perjumpaaan dan penerimaan Yesus terhadap anak-anak, dengan corak dan pemaknaan lokal yang diberikan masing-masing pelukisnya.



Lukisan di atas buah tangan Joseph Scott, yang berdiam di Lahore, provinsi Punjab, Pakistan. Digambarkan, Yesus yang berpakaian Punjab dan bersorban putih sedang menerima dan memberkati anak-anak Punjab, yang mengenakan pakaian Punjab juga, sementara ada juga seorang anak yang bertelanjang dada karena sedang musim panas.



Gambar kedua di atas, karya Oscar Towa, Port Moresby, PNG, menampilkan Yesus Papua New Guinea sedang mengajak anak-anak memancing ikan dari sebuah kano. Udara sangat cerah. Sungai berisikan banyak ikan. Anak-anak sangat bersemangat memancing bersama Yesus, tentu bukan di Danau Galilea.



Gambar ketiga di atas, dilukis oleh Joe Mek dari Port Morseby, Papua New Guinea, menampilkan Yesus Papua NG sedang bersama anak-anak. Udara cerah. Anak-anak bermain bersama Yesus dan mereka semua bergembira ria. Memang Yesus PNG ini kelihatan agak seram, memakai sebuah kalung dengan sepasang taring besar menggantung.



Gambar keempat di atas dilukis oleh Masaru Horie, Kobe, Jepang. Dalam suatu perjalanan ke Yerusalem, Yesus Jepang didatangi kaum ibu yang membawa anak mereka masing-masing untuk diterima Yesus dan diberkati.



Gambar kelima di atas menampilkan Yesus Bali sedang bersama anak-anak yang dibawa kepada Yesus oleh orangtua mereka masing-masing. Yesus, yang berselendang hijau bermotif kotak-kotak hijau, berada di tengah kerumunan, menerima dan memberkati anak-anak. Gambar ini dilukis oleh Komang Wahyu, Den Pasar, Bali.

Sudah terlalu biasa kita mendengar penjelasan bahwa Yesus memakai contoh anak-anak sebagai kalangan yang mudah masuk ke dalam pemerintahan Allah karena anak-anak adalah orang yang polos, tidak ada noda kejahatan dan prasangka buruk dalam hati mereka, dan hanya bisa bergantung pada seseorang yang lebih tua, dan karena itu tepat menjadi contoh orang yang dapat bergantung sepenuhnya kepada Allah dan pemerintahan-Nya. Tentu benar bahwa anak-anak memiliki semua sifat ini.

Tetapi sebetulnya, dalam sistem sosial dunia Yunani-Romawi pada masa kehidupan Yesus, anak-anak adalah kalangan yang paling menderita dan mudah dikorbankan oleh orang lain yang lebih berkuasa dari mereka; anak-anak adalah kalangan yang paling rentan terkena perlakuan keras dan diterbengkalaikan, sama seperti orang-orang dewasa yang miskin, yang tak memiliki apa-apa pada diri mereka kecuali tenaga kasar yang dapat dijual dengan harga murah sebagai kuli atau budak. 

Tak heran jika penulis Injil Markus dalam teks-teks selanjutnya, langsung setelah episode perjumpaan Yesus dengan anak-anak, memuat sebuah episode lain yang mengisahkan betapa sukarnya seorang kaya untuk mengikut Yesus (Markus 10:17-22). 

Dengan demikian, Markus mengontraskan anak-anak dengan seorang yang kaya raya yang tak sanggup menjual hartanya semuanya lalu mengikut Yesus, menyambut pemerintahan Allah yang sedang nyata di tengah-tengah rakyat Yahudi. Anak-anak pada masa kehidupan Yesus di dunia Yunani-Romawi adalah simbol kerentanan, ketidakberdayaan dan kemiskinan. Kerajaan Allah justru datang untuk mereka yang rentan, tak berdaya dan miskin.

Pray for the poor.

Saturday, June 5, 2010

Yesus Menyelamatkan
Seorang Perempuan Pezinah

Tiga gambar berikut di bawah ini adalah ekspresi-ekspresi artistik modern dari perikop Yohanes 8:1-11 dalam Perjanjian Baru. Bacalah perikop ini dengan cermat. 

Dikisahkan bahwa pada pagi-pagi benar ketika Yesus sedang mengajar rakyat di suatu kawasan Bait Allah di Yerusalem, para ahli Taurat dan orang Farisi datang kepadanya membawa seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus, “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika dia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapatmu tentang hal itu?” 

Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Diapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah dia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. 

Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya, “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya, “Tidak ada, tuan.” Lalu kata Yesus, “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

Mengingat fakta bahwa bagi semua orang Yahudi pada masa kehidupan Yesus hukum Taurat Musa harus diberlakukan tanpa kompromi, maka kita tidak dapat memastikan apakah peristiwa ini betul-betul terjadi. Tema umum injil-injil Perjanjian Baru bahwa Yesus berada di atas hukum Taurat (Markus 2:27-28) muncul dalam perikop ini.



Pandanglah gambar pertama di atas. Dua orang polisi hendak memeriksa dan menangkap seorang pelacur yang berkeliaran di sebuah kota modern (mungkin New York) pada malam hari. Saya tidak tahu mengapa dua orang polisi ini ingin memeriksa perempuan ini; mungkin dia dicurigai membawa narkotik. 

Mendadak Yesus muncul dengan cahaya kemuliaan menyelubunginya, berdiri di tengah dan berperan sebagai seorang mediator di antara perempuan ini dan polisi-polisi itu. Dua orang polisi ini terkejut atas penampakan diri Yesus yang begitu tiba-tiba. Tetapi malam tetap hening. Dalam imajinasi Anda, apa ucapan yang akan dikeluarkan Yesus pada momen genting ini?



Kemudian lihatlah gambar kedua di atas. Dua belas orang pria sedang mendesak Yesus untuk melakukan sesuatu terhadap seorang pelacur yang berdiri di samping Yesus, memohon pembelaan, perlindungan dan cinta-Nya. Kejadian ini berlangsung di suatu kawasan tertentu Bait Allah. 

Mengapa dua belas pria? Apakah jumlah dua belas ini menyimbolkan dua belas murid Yesus sendiri, sehingga mereka dan Yesus sedang terlibat dalam suatu perbantahan mengenai seorang pelacur: apakah sang pelacur ini harus dihukum, ataukah harus dimaafkan dan dilindungi? Menurut pendapat Anda, apakah kaum pria memiliki otoritas atas tubuh perempuan-perempuan?



Akhirnya, pandanglah gambar ketiga di atas. Enam orang sedang bertikai mengenai nasib seorang perempuan cantik yang telah kedapatan sedang berbuat zinah. Aha, salah seorang dari enam orang ini adalah seorang Superman! Yesus, dengan mengenakan sebuah kaos oblong warna hijau dan sebuah celana blue jean, sedang berupaya menyelamatkan si perempuan ini dengan mengulurkan kedua belah tangan-Nya kepadanya. Perempuan ini memandang kepada Yesus, mengharapkan cinta, pembelaan dan perlindungan-Nya.

Setelah mempertimbangkan ketiga gambar di atas, dengan sebuah perikop dari Injil Yohanes sebagai latarbelakang, apakah Anda berpendapat bahwa seorang lelaki harus berperan sebagai sang pelindung seorang perempuan? Ataukah halnya lebih dekat kepada kebenaran jika seorang perempuan harus dan dapat melindungi dan membela dirinya sendiri ketimbang memohon belas kasihan dan kekuatan seorang pria?

Stay questioning.

Saturday, May 29, 2010

Hati Kudus Yesus


Gambar yang mengesankan di atas dibuat oleh Peter Grahame pada 2005, dan dia memberinya judul Lidah Api Batiniah (Inner Flame). 

Menurut Grahame, di dalam setiap tubuh manusia terdapat suatu hati kudus. Orang dapat dibenarkan jika berpendapat bahwa Grahame terinspirasi oleh Hati Kudus Yesus ketika dia menciptakan gambar ini; dan lelaki berambut panjang yang telanjang ini, dengan lidah api mencuat keluar dari dalam jantungnya pada gambar ini, tentu dapat dipandang sebagai Yesus Kristus. 

Ujung lidah apinya tajam seolah ujung sebilah pedang yang muncul menyakitkan dari dada lelaki ini. Dengan demikian, penderitaan Yesus tergambar juga pada gambar ini. Saya yakin, bagi Anda gambar di atas berbicara lebih dari yang saya dapat katakan pada kesempatan ini.



Setiap orang tak pelak lagi dapat melihat bahwa sepasang bilah api pada Hati Kudus Yesus di gambar kedua di atas sejajar dengan lidah api pada gambar pertama. 

Orang Katolik percaya bahwa di dalam Hati Kudus Yesus orang berdosa akan menemukan sumber lautan kasih tanpa batas. Tetapi lidah api yang memancar dari Hati Kudus Yesus juga dapat secara simbolik dipandang sebagai emanasi atau pancaran cahaya ilahi yang terarah kepada kemanusiaan sehingga membuat kemanusiaan ini bait keilahian. 



Representasi simbolik Yesus Hati Kudus persis di atas ini indah dan mengesankan. Anda dapat melihatnya langsung di Gereja Santo Yohanes Bosco di Sunter Indah Selatan, tak jauh dari Danau Sunter, Jakarta.

Apakah insan biasa seperti kita dapat menjadi insan hati kudus? Tentu potensial bisa.

Cahaya kudus ilahi berdiam di dalam hati dan pikiran setiap orang. Anda, bukan hanya Yesus, adalah Kristus juga, yakni ketika Anda dipenuhi oleh kepenuhan Allah (Efesus 3:19).

Stay holy.

* diedit 16 Juni 2023

Saturday, April 24, 2010

Maria Magdalena: Si Penggoda Yesus?

Di sebelah kiri adalah gambar sebuah patung telanjang Maria Magdalena seukuran manusia yang dibuat dari kayu limau. Patung ini dipahat kurang lebih pada 1510 oleh Gregor Erhart (1470-1540), dan menggambarkan diri Maria sebagai seorang asket mistik yang tubuhnya ditutupi hanya oleh rambutnya yang panjang.

Patung yang mengesankan ini sekarang dapat dijumpai di museum Louvre di Paris, dan pertama kali muncul di muka umum pada waktu suatu pasar seni digelar di Jerman pada abad XIX dan dibeli oleh museum ini pada 1902.

Menurut sebuah legenda, Maria Magdalena (yang dengan keliru dicap sebagai seorang pelacur yang bertobat oleh Paus Gregorius Agung pada 591) menjalani suatu kehidupan terasing di dalam sebuah goa Sainte-Baume, dengan pakaiannya hanya berupa rambutnya yang lebat dan panjang.

Setiap hari, menurut legenda ini, Maria diangkat ke sorga oleh para malaikat untuk mendengarkan paduan suara sorgawi.

Raut wajahnya yang lemah dan posisi meditasinya dimaksudkan untuk mengekspresikan ekstasi mistiknya, sementara kecantikannya yang luar biasa dan rambut emasnya yang halus dimaksudkan untuk mengungkapkan pancaran kemuliaan dan kesuciannya.

Para mistikus sedunia, dulu maupun kini, menggunakan gambaran sensual ketika mereka ingin mengungkapkan hubungan terdalam mereka dengan Yang Kudus, das Heilige. Dengan demikian, ketelanjangan Maria Magdalena menyimbolkan hubungannya yang terdalam dan terintim dengan Yang Ilahi.


Yesus dan Maria Magdalena: keduanya bertelanjang dada.
Suatu pesan erotik?

Gambar di atas: Yesus dan Maria Magdalena; keduanya bertelanjang dada. Suatu pesan erotikkah, atau suatu pesan mistikal?

Perhatikanlah gambar kedua itu yang dilukis oleh Peter Paul Rubens pada 1618. Mungkin sekali gambar ini mau mengisahkan suatu peristiwa yang terjadi tak lama setelah Yesus bangkit dari kematian, ketika Maria Magdalena sedang mendekati-Nya dan memanggil-Nya “Rabuni” (dalam bahasa Aram yang mengungkapkan keintiman dan keseharian) serta mau memegang-Nya (Yohanes 20:11-18).

Tetapi penulis Injil Yohanes tidak mengatakan bahwa selama perjumpaan ini, murid-murid pria Yesus juga hadir bersama Maria Magdalena. Sukar untuk kita memutuskan di mana kita harus menempatkan gambar ini dalam masa kehidupan Yesus.

Meskipun ada kesulitan ini, setiap orang dapat menangkap suatu pesan erotik dari gambar ini. 

Baik Maria Magdalena maupun Yesus bertelanjang dada, dan Maria tampaknya ingin menyerahkan seluruh tubuhnya ke tangan Yesus yang kuat dan terbuka. Apakah mereka berdua ingin segera berhubungan seks? Jelas, pertanyaan ini sulit dijawab. Atau apakah gambar ini, yang menampilkan Yesus dan Maria setengah telanjang, ingin mengatakan kepada kita perihal sisi mistik hubungan Yesus dan Maria Magdalena?

Dalam Injil Filipus 63-64, kita menemukan sebuah teks luar biasa yang mencatat sisi erotik hubungan Yesus dan Maria Magdalena, sebagai berikut:
Sahabat sang penyelamat adalah Maria Magdalena. Sang Penyelamat mengasihinya lebih dari Dia mengasihi semua murid lainnya, dan Dia sering menciumnya pada mulutnya (Marvin Meyer, The Gospels of Mary [2004], 49).
Kata “mulut” tidak pasti sebab pada poin ini teksnya telah rusak. Namun, kita masih memiliki teks-teks kuno lain yang mengisahkan Yesus secara khusus memang mencintai Maria Magdalena, yakni Injil Maria 10; 17-18; Pistis Sofia 17; 19.

Apakah kata “sahabat” dalam Injil Filipus 63-64 berarti “pasangan” atau “istri” atau “mitra seksual”?

Apakah semua teks ini sebetulnya menyingkapkan sisi seksual hubungan Yesus dengan Maria Magdalena? Atau apakah semua teks ini ingin mengatakan adanya sisi mistikal dalam hubungan Yesus dan Maria Magdalena?

Apapun maksud semua teks ini, tampaknya sudah pasti bahwa Maria Magdalena sebagai seorang perempuan adalah suatu bagian penting dari kehidupan Yesus dari Nazareth yang paling personal, sehingga peran Maria Magdalena dalam kehidupan Yesus haruslah dengan serius diperhitungkan.



Perhatikan gambar di atas.  Siddartha Gautama sedang dicobai oleh Maara, si jahat atau si pencoba, bersama balatentaranya

Setiap figur religius terpenting yang hidup di masa lampau biasanya digambarkan sebagai seorang tokoh yang harus mengalami pencobaan dan penderitaan berat dan yang akhirnya harus tampil sebagai seorang pemenang. Kisah-kisah fiktif mitologis disusun oleh para pendiri agama-agama untuk mengungkapkan apa yang diduga ada dalam pikiran orang-orang suci mereka yang bertekad untuk melaksanakan apa yang mereka masing-masing yakini sebagai visi dan misi mereka sendiri, atau yang dirasakan dalam hati mereka ketika mereka sedang menghadapi ujian-ujian dan penderitaan fisik berat.

Siddharta Gautama, misalnya, selama Dia mencari pencerahan dan segera setelah Dia mendapatkan pencerahan dan menjadi sang Buddha atau Orang Yang Tercerahkan (pada usia 35 tahun) dikisahkan harus menghadapi pencobaan-pencobaan berat yang didatangkan oleh Iblis yang dikenal dalam teks-teks Buddhis sebagai Maara atau Paapimaa (= Si Pencoba, Dia Yang Jahat, atau Si Jahat).

Maara, sebagai sosok mitologis, digambarkan berwajah sangat mengerikan dan memiliki bala tentara berjumlah ribuan, dan mengendarai seekor gajah yang dinamakan Girimekhalaa. Si Jahat ini bersama dengan sepuluh skuadronnya menyerang Siddharta sebagai seorang calon Buddha. Ketika Siddharta berangkat meninggalkan segala kemuliaannya sebagai seorang pangeran, dia konon dicobai oleh Maara yang muncul di langit dan berbicara kepada sang calon Buddha ini mengenai kemuliaan kerajaan duniawi yang segera akan diterimanya. Ketika tawaran kerajaan duniawi ini ditolak Siddharta, Maara mengundurkan diri dan bersumpah akan terus menguntit-Nya seperti bayang-bayang yang terus hadir mengikuti-Nya.



Sang Buddha sedang digoda erotik oleh seorang Puteri Maara

Konon Maara memiliki tiga puteri yang masing-masing bernama Berahi, Nikmat dan Kesenangan. Setelah ayah mereka beserta bala tentaranya gagal, tiga perempuan jahat ini dikisahkan bersekongkol dan mencoba menggoda Siddharta Gautama tak lama setelah Dia mendapatkan pencerahan.

Mereka bersatu-padu untuk menghancurkan tekad dan kesiapan sang Buddha untuk menyebarkan dharma kepada sebanyak mungkin orang, dengan menggunakan kecantikan wajah dan tubuh mereka yang sexy untuk merangsang syahwat sang Buddha. Mereka menggunakan nyanyian, tarian, musik, rayuan manis dan tubuh yang merangsang sebagai senjata mereka untuk membangkitkan gairah seksual dalam pikiran sang Buddha. Tetapi sang Buddha sedikitpun tidak tertarik kepada rayuan dan godaan genit mereka; maka mereka pun gagal juga.

Kita tentu saja tahu bahwa sebelum Yesus tampil di muka umum sebagai seorang nabi atau seorang rasul Allah, dia konon telah dicobai oleh Iblis seperti dikisahkan dalam injil-injil sinoptik (Markus 1:12-13; Matius 4:1-11; Lukas 4:1-13). Kepada Yesus, sang Iblis konon menawarkan cara-cara mudah untuk mendapatkan makanan, perlindungan Allah dan status messias, keagungan dan kerajaan dunia.

Dalam imajinasi saya, supaya lumayan lengkap, haruslah ada sebuah cobaan penting lainnya yang harus dihadapi dan diatasi Yesus, yakni pencobaan erotis dari seorang perempuan cantik dan menawan seperti konon pernah dihadapi Siddharta Gautama jauh sebelumnya. Godaan seksual adalah suatu kenyataan normal kehidupan manusia, yang bisa dialami baik oleh seorang laki-laki maupun oleh seorang perempuan, dan bukan suatu fiksi yang diciptakan karena kebencian kepada kaum perempuan atau kepada kaum pria.

Perempuan yang dapat menggoda Yesus secara seksual tentu saja Maria Magdalena, bukan seorang perempuan lain manapun. Ketika berhadapan dengan godaan seksual ini, Yesus harus memutuskan apa yang Dia akan harus lakukan pada perempuan yang menawan hati-Nya ini. 

Ketimbang membiarkan dirinya terus-menerus digoda secara seksual oleh perempuan ini, Yesus, lagi dalam imajinasi saya, memutuskan untuk mengawini Maria Magdalena. Dengan demikian Yesus dapat mencium Maria Magdalena pada mulutnya tanpa merasa bersalah, entah untuk mengungkapkan sisi mistikal hubungan-Nya dengan Maria Magdalena, atau, khususnya, untuk melampiaskan gairah syahwat-Nya.

Wednesday, March 24, 2010

Yesus Menunggang Seekor Dinosaurus: Mungkinkah? Tak Waras!!!



Yesus menunggang seekor dinosaurus? Apakah ini mungkin, ataukah tidak mungkin? Menurut orang yang memegang kreasionisme sebagai kepercayaan mereka, bahwa Yesus menunggang seekor dinosaurus atau bahwa Yesus menggendong seekor bayi dinosaurus dalam kenyataannya bisa mungkin atau bahkan bisa sangat mungkin.

Kita tahu kalangan kreasionis mempertahankan pandangan-pandangan yang didasarkan pada Alkitab yang dipahami secara literalistik (harfiah) mengenai Bumi, jagat raya dan semua makhluk hidup yang mendiami dunia ini. Mereka percaya kuat sekali bahwa Alkitab adalah firman Allah yang tidak dapat memiliki kesalahan apapun dalam
segala hal yang disampaikannya kepada kita; Alkitab, bagi mereka, sama sekali tidak bisa salah dalam segala hal yang dicatat di dalamnya. Mereka mempertahankan bahwa seluruh Alkitab harus dipahami secara literalistik, dan bahwa untuk memahami Alkitab dengan benar, orang hanya memerlukan iman dan kepercayaan penuh pada makna harfiah setiap kata yang ditulis dalam Alkitab.



Suatu pelajaran Alkitab yang berbahaya bagi anak-anak Amerika. Guys, selamatkanlah mereka.

Sudut pandang literalis dan anti-historisis ini menghasilkan pandangan-pandangan yang eksentrik, irasional dan tak waras mengenai umur bumi dan zaman kehidupan dinosaurus di muka Bumi. Berdasarkan hermeneutik mereka yang tidak ilmiah dan pemahaman literalistik mereka atas teks Kejadian 1:24-31 (bahwa Allah pada hari yang sama, yakni hari keenam, menciptakan binatang-binatang darat dan manusia) dan silsilah Yesus dalam Injil Matius (1:1-16) dan dalam Injil Lukas (3:23-38), mereka mengklaim bahwa Dinosaurus dulu hidup bersama dengan manusia dan bahwa Planet Bumi ini baru berusia 6000 tahun.

Dengan demikian, mereka membayangkan bahwa Yesus menunggangi seekor dinosaurus atau bahwa Yesus memeluk seekor anak dinosaurus adalah suatu kenyataan yang mungkin sekali terjadi. Mengetahui hal ini mungkin membuat kepala Anda mulai berputar-putar keleyengan!



Menurut kebanyakan kita yang cerdas dan waras, bahwa Yesus menunggangi seekor dinosaurus atau bahwa Yesus memeluk seekor bayi dinosaurus dalam kenyataannya sangatlah tidak mungkin, sebab zaman ketika dinosaurus menguasai Planet Bumi telah lama berlalu sebelum manusia dilahirkan oleh alam untuk mendominasi planet ini.

Melanjutkan kajian yang baru, yang sebelumnya sudah dilaksanakan oleh Walter dan Luis Alvarez, sebuah panel yang terdiri atas 41 orang ilmuwan dari berbagai tempat di muka Bumi (Eropa, Amerika Serikat, Meksiko, Kanada, dan Jepang) pada 4 Maret 2010 melakukan tinjauan ulang menyeluruh atas penelitian yang sudah berlangsung selama 20 tahun untuk mencoba mengonfirmasi apa penyebab “kemusnahan massal Kretaseous-Tertiari (K-T)”. Laporan tim ilmuwan ini dapat dibaca pada jurnal Science 2010:327 (5970):1214-1218.

“Kemusnahan massal Kretaseous-Tertiari” (Cretaceous-Tertiary Mass Extinction) adalah sebuah terminologi baku yang menunjuk pada kemusnahan massal spesies-spesies fauna dan flora yang berlangsung dalam suatu kurun geologis yang pendek di muka Bumi pada 65,5 juta tahun yang lalu; terminologi ini juga dikenal sebagai "kemusnahan K-T". Belakangan, kemusnahan K-T disebut juga kemusnahan Kretaseous-Paleogene, atau kemusnahan K-Pg. Istilah “Tapal batas K-T” (K-T boundary) menunjuk pada suatu lapisan tipis sedimentasi geologis yang ditemukan di berbagai tempat di muka Bumi, yang terbentuk selama kurun kemusnahan K-T.

Menurut kesimpulan panel ini, sebuah asteroid atau komet raksasa dari angkasa luar yang lebarnya sampai 15 kilometer (= 9 mil) yang menumbuk muka Bumi di Chicxulub di semenanjung Yucatan (sekarang dikenal sebagai Meksiko) adalah satu-satunya penjelasan yang masuk akal mengapa terjadi kemusnahan K-T, mengapa dinosaurus/1/ lenyap dari muka Bumi.

Suatu kerangka dinosaurus


Kejadian alam maha dahsyat ini menciptakan suatu “lingkungan seperti neraka” sekitar 65,5 juta tahun yang lalu dan melenyapkan lebih dari separuh spesies di muka Planet Bumi, termasuk dinosaurus, pterosaurus yang seperti burung dan reptilia yang hidup di laut. Para ilmuwan yang melakukan pengkajian ini menganalisis hasil-hasil penelitian 20 tahun terakhir ini yang telah dilakukan para pakar paleontologi, pakar kimia bumi dan atmosfir, pakar pembuat model iklim, pakar geofisika dan pakar sedimentologi, yang terus masih mengumpulkan bukti-bukti mengenai kemusnahan K-T ini.

Menurut kesimpulan panel ini, sebuah asteroid/komet raksasa dari angkasa luar yang lebarnya sampai 15 kilometer (= 9 mil) yang menumbuk muka Bumi di Chicxulub (sekarang dikenal sebagai Meksiko) adalah satu-satunya penjelasan yang masuk akal mengapa dinosaurus lenyap dari muka bumi.



Di atas ini, ilustrasi sebuah asteroid raksasa menumbuk Bumi 65 juta tahun yang lampau. Segala reruntuhan yang ditimbulkannya terbang terlempar ke atas, memasuki atmosfir dan menggelapkan seluruh muka Bumi.

Asteroid raksasa ini dipikirkan telah menerjang muka Bumi dengan suatu kekuatan yang besarnya satu milyar kali lebih kuat dari kekuatan bom atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima. Tabrakan yang kekuatannya tak terbayangkan ini menimbulkan api maha besar di mana-mana, gempa bumi di mana-mana yang berkekuatan lebih dari 10 skala Richter, tanah-tanah longsor seluas benua yang menciptakan tsunami dahsyat di mana-mana. 

“Paku terakhir pada peti mati dinosaurus" datang ketika bahan-bahan reruntuhan yang terlempar dari tumbukan mahadahsyat ini terbang ke atas memasuki atmosfir sehingga Planet Bumi terbungkus oleh kegelapan yang amat mengerikan, dan hal ini menimbulkan suatu musim dingin global yang mematikan, yang membunuh banyak sekali spesies yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan kehidupan yang sudah seperti neraka ini.

Rekam jejak geologis memperlihatkan bahwa peristiwa dahsyat yang menyebabkan kematian dinosaurus ini dengan cepat menghancurkan ekosistem darat dan ekosistem laut. Rekam jejak fosil menunjukkan telah terjadi kemusnahan massal sekitar 65,5 juta tahun lalu (waktu yang kini dikenal sebagai batas K-Pg). Kurun yang menjadi neraka bagi dinosaurus ini, yang menandakan berakhirnya masa kekuasaan dinosaurus di muka bumi selama 160 juta tahun, ternyata menjadi suatu hari akbar bagi makhluk mammalia. Kemusnahan KT adalah suatu momen maha penting dalam sejarah Bumi yang akhirnya, sangat jauh kemudian, membuka jalan bagi kelahiran manusia, homo sapiens, 200 ribu tahun yang lalu, yang kemudian menjadi spesies yang menguasai Bumi.


Sedikitnya ada dua bukti yang langsung menghubungkan tumbukan asteroid ini dan kemusnahan K-T. Pertama, berlimpahnya iridium dalam sampel-sampel geologis di seluruh dunia yang berasal dari kurun kemusnahan K-T. 

Iridium sangat jarang ditemukan pada kerak Bumi, tetapi sangat umum ditemukan pada asteroid. Langsung setelah lapisan geologis yang berisi iridium, jumlah fosil dan spesies yang ditemukan berkurang sangat jauh, dan keadaan ini menunjukkan bahwa kemusnahan K-T terjadi sangat segera setelah tumbukan asteroid ini. 
Kedua, berlimpahnya mineral kwarsa (quartz mineral) yang “terkejut” di dalam lapisan-lapisan batu karang di seluruh dunia yang berasal dari kurun kemusnahan K-T. 

Mineral kwarsa terkejut ketika ditumbuk dengan sangat cepat oleh suatu kekuatan besar, dan mineral kwarsa dalam kondisi “terkejut” ini ditemukan hanya pada situs-situs ledakan nuklir dan situs-situs tumbukan meteor di muka Bumi. Kesimpulannya, suatu tumbukan meteor yang masif terjadi pada saat kemusnahan K-T secara massal.

Namun pada awal tahun 2011, seperti dilaporkan dalam jurnal Geology 2011; 39 (2):159, tim peneliti dari Universitas Alberta, yang dipimpin oleh Larry Heaman dari Department of Earth and Atmospheric Sciences, berhasil menentukan usia sebongkah fosil tulang paha hadrosaurus yang ditemukan di New Mexico, yakni 64,8 juta tahun, dan ini berarti dinosaurus amfibi pemakan tetumbuhan ini hidup 700.000 tahun setelah kemusnahan K-T. Penentuan usia fosil tulang paha hadrosaurus ini dilakukan dengan memakai sebuah metode baru yang belum dipakai sebelumnya, yakni metode yang dinamakan U-Pb (Uranium-Plumbum, atau Uranium-Timah hitam).

Teknik baru ini bukan saja memungkinkan penentuan usia fosil tulang, tetapi juga potensial dapat membedakan jenis makanan yang dimakan seekor dinosaurus. Tulang makhluk hidup berisi hanya sedikit uranium, tetapi selama proses fosilisasi (umumnya kurang dari 1000 tahun setelah kematian) tulang diperkaya oleh banyak unsur kimiawi, seperti uranium. Atom-atom uranium dalam tulang perlahan-lahan berubah menjadi timah hitam, dan ketika proses fosilisasi selesai maka jam uranium-plumbum berdetak. Komposisi isotop timah hitam yang didapat dalam tulang paha hadrosaurus ini dengan demikian menentukan usia mutlak fosil tulang paha ini.

Penemuan yang dibuat Larry Heaman dkk ini menunjukkan bahwa hadrosaurus yang fosil tulang pahanya ditemukan di New Mexico ini berhasil bertahan hidup melewati bencana alam dahsyat yang menyebabkan kemusnahan K-T. Menurutnya, adalah mungkin pada 65,5 juta tahun yang lalu di beberapa kawasan tetumbuhan tidak ikut lenyap dan sejumlah spesies hadrosaurus bertahan hidup. Tim ilmuwan ini berpendapat mungkin sekali ada banyak telur dinosaurus yang luput dari kemusnahan K-T, dan karenanya perlu dieksplorasi. Larry Heaman dkk percaya, jika teknik U-Pb baru mereka dipakai untuk menentukan usia lebih banyak sampel fosil dinosaurus, maka paradigma kemusnahan K-T dan berakhirnya zaman dinosaurus akan harus direvisi.

Akhir kata, jika kita menggunakan sains untuk memahami dan merekonstruksi masa lampau, maka kita harus menyatakan kepada para kreasionis bahwa Yesus yang menunggangi seekor dinosaurus atau yang menggendong seekor dinosaurus kecil adalah Yesus yang ada hanya dalam imajinasi kristologis heterodoks tak waras mereka. Mereka selalu mengklaim bahwa mereka adalah orang-orang Kristen ortodoks, meskipun dalam kenyataannya tidak.

oleh Ioanes Rakhmat

Sumber:

http://www.sciencedaily.com/releases/2010/03/100304142242.htm

http://www.sciencedaily.com/releases/2011/01/110127141707.htm

-------------

/1/ Kata “dinosaurus” dibentuk dari dua kata Yunani δεινός (deinos= dahsyat, sangat kuat, menakjubkan) dan σαυρος (sauros=kadal, reptilia).




Monday, February 15, 2010

Yesus dan Domba Hitam

Orang Kristen memandang Yesus sebagai sang gembala yang baik, yang telah menyerahkan dirinya bagi keselamatan domba-dombanya. Dalam Yohanes 10:11, Yesus berkata, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (bdk ayat 15). Anggapan bahwa Yesus adalah sang gembala yang baik sering membuat orang dengan keliru memandang sang gembala dalam perumpamaan Yesus tentang domba yang hilang (Lukas 15:1-7) adalah diri Yesus sendiri. Padahal dalam pandangan Yesus sendiri, sang gembala yang mencari seekor dombanya yang telah hilang ini adalah Allah, bukan dirinya. Dirinya hanyalah seorang pencerita tentang Allah yang sedang memerintah Israel sekarang.

Kebanyakan orang Kristen berpandangan bahwa Yesus betul-betul seorang gembala yang baik pada masa kehidupannya dulu, yang memiliki banyak domba. Padahal pekerjaan Yesus yang sebenarnya adalah tukang kayu (Yunani: tektōn), seperti dicatat dalam Markus 6:3 dan Matius 13:55. Jadi, sebetulnya gambaran tentang Yesus sebagai sang gembala yang baik adalah sebuah metafora, sebuah perumpamaan, sebuah ibarat. Bahkan Yesus sendiri memakai sebuah metafora ketika dia berkata, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Matius 15:24): domba-domba di sini bukanlah hewan domba betulan, melainkan bagian dari umat Israel yang tersingkir ke pinggiran masyarakat karena sistem klasifikasi masyarakat yang diterapkan para penguasa Yahudi zamannya.

Karena sifat metaforisnya, penulis Injil Yohanes bahkan dapat mengubah Yesus dari sebagai “sang gembala yang baik” (Yohanes 10:11) menjadi “sang anak domba Allah” yang dikorbankan untuk menghapus dosa dunia (Yohanes 1:29). Ini adalah suatu pergeseran besar dalam metafora yang digunakannya. Dalam realita, memang itulah yang terjadi: semula Yesus adalah sang pemimpin (=sang gembala) tidak resmi masyarakat Yahudi di Galilea; tetapi kemudian dia menjadi korban (=domba yang disembelih) sistem perpolitikan yang dijalankan para penguasa Roma dan penguasa Yahudi zamannya.

Karena dipersepsi sebagai sang gembala yang baik, gambar Yesus memeluk seekor anak domba berbulu putih lazim ditemukan di mana-mana. Di sekolah. Di ruang belajar Anda. Di ruang tamu rumah Anda. Tetapi bagaimana dengan gambar di bawah ini, gambar Yesus sedang memeluk seekor domba hitam?

Gambar Yesus merangkul seekor domba hitam sangat tidak biasa, bahkan Anda mungkin baru melihatnya sekarang. Tidak ada satu catatan pun dalam Perjanjian Baru yang menggambarkan Yesus menyelamatkan seekor domba hitam. Ada satu catatan dalam Injil Yohanes yang memuat ucapan Yesus tentang “domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini” (Yohanes 10:16). Tetapi yang dimaksudkannya di sini bukanlah domba-domba hitam, melainkan domba-domba “dari kandang yang lain.”

Domba hitam (black sheep) tentu adalah seekor domba yang berbulu hitam, seperti tampak pada gambar di atas. Tetapi “black sheep” juga dipahami sebagai sebuah metafora atau sebuah ibarat untuk seseorang yang oleh kelompoknya dipandang negatif sebagai orang yang telah gagal memenuhi harapan kelompok, atau sebagai seseorang yang dipandang telah mempermalukan kelompoknya sehingga telah kehilangan harganya di mata kelompok. Ini bisa terjadi misalnya karena orang ini telah pindah agama sehingga oleh kelompoknya semula dianggap sebagai orang yang telah gagal dan telah mempermalukan kelompoknya. Atau karena orang ini kawin dengan orang yang tidak seagama sehingga tidak mendapatkan restu dari kelompoknya semula dan dianggap sebagai orang yang terhilang. Atau karena orang ini telah membelot, masuk ke negeri musuh dan berperang untuk kepentingan musuh.

Si pelukis gambar hendak menyampaikan pesannya, bahwa Yesus Kristus tetap mengasihi, menjaga, memelihara dan mencari orang-orang semacam itu. Hal ini bertolakbelakang dengan apa yang umumnya dipraktikkan gereja, yakni ingin mengeluarkan anggota-anggotanya yang dipandang telah mempermalukan komunitasnya.

Friday, February 5, 2010

Yesus Kristus sebagai Sampeyan Dalem Maha Prabhu Pangeraning Para Bangsa

Di atas adalah sebuah foto arca Yesus Kristus dalam busana raja Jawa yang dapat Anda jumpai kalau Anda berkunjung ke sebuah candi yang berada di dalam kompleks Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) yang terletak di Dusun Kaligondang, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Setempat, gereja ini dikenal sebagai Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, berlokasi kurang lebih 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta ke arah selatan. Lokasi ini bisa dicapai lewat jalan darat Yogyakarta-Bantul, atau lewat Yogyakarta-Parangtritis. 

Nama Ganjuran diambil dari sebuah tembang yang berjudul Kala Ganjur yang liriknya mengisahkan kehidupan bersama yang didasarkan ikatan cinta antara Ki Ageng Mangir dan Rara Pembayan kala keduanya telah diasingkan dari Mataram. Jadi, diharapkan, dari gereja dan candi ini akan terpancar cinta kasih yang besar yang mengikat semua anak manusia. Sekarang, gereja dan candi ini diurus oleh Gereja Katolik Keuskupan Agung Semarang.

Gereja HKTY Ganjuran didirikan 16 April 1924 atas prakarsa Joseph Schmutzer dan Julius Schmutzer, dua orang Belanda bersaudara pemilik pabrik gula Gondang Lipuro. Candinya sendiri didirikan di sebelah timur gereja ini pada 1927, dengan mengikuti arsitektur Hindu-Jawa (Mataram dan Majapahit). Candi ini tingginya 9 meter, dan memiliki 9 anak tangga yang membawa orang ke relung teratas candi ini yang di dalamnya dipasang arca Yesus Kristus. Sembilan anak tangga melambangkan sembilan tahapan yang harus ditempuh untuk orang dapat masuk ke Surgaloka. Dengan demikian, arca Yesus Kristus ini dibayangkan terletak di Surgaloka. 


Pada tahun 1998 di dasar candi ini ditemukan sebuah mata air yang mengandung mineral dalam konsentrasi tinggi sehingga konon berkhasiat menyembuhkan penyakit. Mata air ini disalurkan ke atas lewat 9 titik kran untuk dapat digunakan bagi berbagai keperluan. Air ini diberi nama Tirta Perwitasari. Dalam kisah pewayangan Jawa ada rujukan kepada air suci Perwitasari yang diyakini sebagai air kehidupan yang dicari oleh Wijasena. 

Mari kita perhatikan arca Yesus Kristus ini dengan lebih teliti. Arca ini mengenakan sebuah mahkota raja dan memakai busana kebesaran raja-raja Jawa lengkap dengan segala pernak-pernik perhiasannya. Sementara duduk di singasana kebesarannya, tangan kanannya menunjuk pada hati kudusnya dan tangan kirinya sedikit menyibak jubah kebesaran rajaninya. Rambut panjang di kepalanya ditata rapi serupa dengan model rambut Siddharta Gautama atau model rambut para pendeta Hindu kuno. Di atas arca ini (tidak tampak sepenuhnya dalam gambar) tertera aksara jawa yang bunyinya demikian: Sampeyan Dalem Sang Maha Prabhu Yesus Kristus Pangeraning Para Bangsa.  

Gelar Sampeyan Dalem adalah gelar khas untuk raja-raja Jawa Mataram. Arca ini bukan sekadar arca Yesus Kristus sebagai seorang raja Jawa, tetapi arca seorang Maha Prabhu, seorang Maha Raja. Maha Prabhu ini adalah Pangeran segala bangsa. Pangeran dalam sebutan orang Jawa DIY sinonim dengan Tuhan. Kedua telapak kaki sang Maha Raja dan Tuhan segala bangsa ini menginjak sekuntum bunga padma/teratai besar yang sedang mekar penuh (tidak tampak dalam gambar), lambang kemurnian, kesucian, kebijaksanaan, cinta dan keilahian Sang Maha Prabhu Yesus Kristus ini.

Candi Ganjuran dengan arca Yesus Kristus Sang Maha Prabhu di dalam relungnya

Arca Bunda Maria Ganjuran sedang memangku kanak-kanak Yesus.
Keduanya berpakaian kebesaran kerajaan Jawa. Di bawah arca ini ada tulisan 

Dyah Maria Ganjuran Nyuwun Pangestu Dalem 
(Bunda Maria Ibu Ganjuran, Minta Restumu)

Orang Jawa di kawasan DIY gentar terhadap Nyai Loro Kidul, yang dipandang dan dihormati sebagai Ratu Penguasa Laut Selatan. Nah, candi Ganjuran ini dan arca Yesus Kristus yang ada di relung candi ini keduanya dibangun dengan menghadap ke Laut Selatan, sebagai tanda penghormatan kepada Sang Ratu Penguasa Laut Selatan ini. Meskipun Yesus Kristus yang digambarkan arca ini adalah Maha Prabhu dan Pangeran segala bangsa, dia juga menghormati Nyai Loro Kidul, mungkin juga dibayangkan bersahabat dengan Sang Nyai. Harus ada harmoni di antara keduanya, bukan konflik. Tetapi dalam kepercayaan kuno orang Jawa, Laut Selatan bukan hanya dihuni oleh Nyai Loro Kidul, tetapi juga oleh Dewata Cengkar yang jahat yang telah menjadi seekor bajul (buaya) putih. Jadi, Sang Maha Prabhu Yesus Kristus ini juga siap berhadapan dengan kuasa-kuasa jahat bajul putih ini demi melindungi masyarakat Jawa Tengah.

Ketika gempa bumi melanda Yogyakarta pada 27 Mei 2006, bangunan gereja Ganjuran dan kompleks di sekitarnya hancur, tetapi candi dan arca Maha Prabhu Yesus Kristus di dalamnya bertahan utuh. Kenyataan ini membuat orang-orang Jawa di sana yang masih berpikiran magis, termasuk tentu warga gereja yang sering berkunjung ke sana (tidak hanya orang Katolik) untuk mencari mukjizat kesembuhan dan berdoa khusuk, menganggap arca Yesus Kristus sang Maha Prabhu ini sakti. Inkulturasi injil dalam kebudayaan Jawa kuno dan alam pemikiran magis menyatu dalam arca Yesus Kristus di candi Ganjuran ini. Saya bertanya-tanya dalam hati, mengapa kalau arca Yesus Kristus sang Maha Prabhu ini sakti, kota Yogyakarta dan manusia penduduknya tidak dilindunginya dari bencana gempa bumi itu.

Bagaimanapun juga, apakah Anda mau mencoba khasiat dan tuah arca ini dan Tirta Perwitasarinya? Jika ya, datang saja
berbondong-bondong ke Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Jangan lupa, kalau Anda menyimpan banyak permintaan di hati, di sana Anda musti sungkem dan berdoa komat-kamit di kaki arca Sang Maha Prabhu Yesus Kristus, tentu jika Anda tidak memiliki keberatan nurani apa pun untuk sujud di kaki sebuah patung seperti taatnya warga gereja Katolik untuk sujud di bawah kaki patung Bunda Maria. Dan, ingat, jangan minum Tirta Perwitasari di sana banyak-banyak, sebab, kata dokter, air yang mengandung mineral dalam kadar tinggi bisa membuat orang terkena batu ginjal.

Wednesday, January 27, 2010

Yesus Yahudi Dengan Mata Gelap


Di atas adalah gambar seorang Yesus Yahudi. Kita tahu dia adalah Yesus karena di atas kepalanya melingkar sebuah anyaman mahkota duri tajam. Gambar seluruh wajah, rambut dan kepalanya didominasi warna hitam. Rambut hitamnya menjulur ke bawah acak-acakan, menyatu dengan kumis, cambang dan berewoknya.

Yesus Yahudi ini ditampilkan dengan sangat kelam. Apakah karena dia dipandang sebagai seorang mesias Yahudi yang gagal, ditangkap dan disalibkan sebelum dia menggolkan perjuangannya? Apakah karena dia dijadikan simbol kedukaan dunia berhubung sistem hukum Romawi zamannya bukan membelanya tetapi malah menjatuhkan vonis mati kepadanya padahal dia tidak memiliki kekuatan militer apapun yang bisa membahayakan otoritas Roma di tanah Israel? Ataukah si pelukisnya memang memandang sang lelaki kelam ini adalah sebuah batu sandungan yang memalukan dan membuat gelap sejarah bangsa Yahudi karena dia mati dengan cara memalukan dan penuh aib, disalibkan, padahal dia sendiri melihat dirinya sebagai sang mesias Yahudi, raja Israel?

Apapun juga pertanyaan Anda, simpanlah dulu, karena itu bukan yang terpenting yang mau ditampilkan oleh lukisan ini. Yang terpenting adalah ini: Arahkanlah sepasang mata Anda yang terbuka lebar tegak lurus ke kedua kelopak matanya yang tampak terkatup, dan pandanglah lama-lama kedua kelopak matanya ini! Maka .... apa yang Anda lihat? 

Tiba-tiba saja kedua kelopak matanya yang terkatup ke bawah ini terbuka lebar-lebar, membelalak kepada Anda dengan tajam, seolah dia hendak menyampaikan sebuah pesan kepada Anda. Pesan apa yang Anda tangkap, ceritakanlah!


Sunday, January 10, 2010

Madonna Breastfeeding the Infant Jesus


Di atas adalah foto sebuah patung kecil unik asesoris diorama peristiwa-peristiwa di sekitar kelahiran Yesus yang dibeli penulis dari Atlanta, Trudie Barreras, ketika dia berkunjung ke Meksiko pada tahun 2001. Keunikan patung ini terletak pada figur Bunda Maria yang sedang bertelanjang dada meneteki bayi Yesus yang dengan tenang menyedot salah satu puting susu bundanya. Kedua payudara Bunda Maria yang dibiarkan telanjang serta kerlingan lembut dan tajam kedua matanya ke arah sang bayi memberi kesan mendalam pada setiap orang yang memandang patung ini dalam-dalam. Bukan saja sinar cinta dari kedua matanya menghubungkan sang bunda kudus dengan sang bayi buah hatinya, tetapi juga mulut mungil sang bayi terhubung langsung dengan tubuh sang ibu melalui puting susu yang sedang asyik dikenyotnya. Body-to-body touch and connection!

Pembuat patung luar biasa ini bukan sedang mengeksploitasi patung Bunda Maria secara seksual untuk mendapatkan keuntungan material dari penjualan hasil karya seninya ini. Tetapi apa yang diekspresikan melalui patung uniknya ini memberi gambaran impresionistik yang sangat kuat mengenai sifat dan kodrat keibuan sang bunda Maria yang melalui dua buah payudaranya yang padat berisi air susu ibu memberi nutrisi sehat pada sang bayi Yesus, sementara sang Bunda yang sedang menyusui bayinya ini duduk di atas pelana seekor keledai berpunggung dan berkaki kuat.


Anda bertanya, mau pergi ke mana sang Bunda Maria bersama sang bayi Yesus dengan menunggang seekor keledai jantan yang perkasa? Memang Yusuf tidak ditampilkan oleh si pengrajin patung. Tetapi jelaslah kalau si seniman bermaksud menggambarkan perjalanan keluarga kudus ini kabur ke Mesir, meninggalkan Betlehem, untuk menghindari Raja Herodes yang sedang mencari sang bayi untuk dibunuhnya, seperti dikisahkan penulis Injil Matius dalam pasal 2:13-18.


Tentu saja kisah perjalanan ke Mesir oleh keluarga kudus ini bukanlah sebuah kisah yang faktual dulu terjadi. Bagaimana mungkin di tengah lingkungan keras daerah bebatuan dan gurun serta keadaan jalan-jalan setapak yang berat keluarga kudus ini harus menempuh perjalanan sejauh antara 300 sampai 400 kilometer dengan tentu saja bukan naik sebuah Jeep, melainkan dengan menunggang seekor keledai, dengan sekaligus harus merawat dan menjaga kesehatan sang bayi Yesus terus-menerus? Jika perjalanan semacam ini dilakukan oleh perempuan mana pun yang baru melahirkan bersama bayinya yang masih merah, pada keadaan dan kondisi zaman itu di Timur Tengah, ini akan menjadi suatu mimpi buruk, a nightmare, yang akan berujung pada kematian.


Penulis Injil Matius menyusun sebuah episode fiktif pelarian ke Mesir ini karena kebutuhan teologisnya untuk menyatakan bahwa Yesus sungguh-sungguh bisa menjadi sang Mesias Israel, Anak Allah, karena Yesus sudah menapaktilaskan perjalanan bangsa Israel, anak Allah, keluar meninggalkan Mesir, rumah perbudakan, untuk masuk ke Tanah Perjanjian (Keluaran 14), setelah untuk beberapa waktu diungsikan oleh kedua orangtuanya ke Mesir. Bahwa episode ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan teologis ini nyata dari sebuah pernyataan yang ditulisnya pada ayat 15, “Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ‘Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku’” (kutipan dari Hosea 11:1), untuk memberi sebuah landasan skriptural bagi kembalinya kanak-kanak Yesus dari Mesir ke Tanah Perjanjian. Pelarian ke Mesir oleh keluarga kudus ini bisa jadi juga merupakan sebuah fiksi teologis Matius untuk menyejajarkan Yesus dengan Yusuf, anak Rahel, yang dijual seharga dua puluh syikal perak oleh saudara-saudaranya kepada para pedagang dari Midian yang kemudian membawanya ke Mesir dan di sana akhirnya Yusuf menjadi seorang besar yang sangat berkuasa, seperti dikisahkan dalam Kejadian 37:28; 39:1; dan 41:37-45. Pendek kata, episode injil tentang pelarian ke Mesir menempatkan Yesus sejajar dengan para bapak leluhur Israel bahkan mengejawantahkan dalam dirinya sendiri seluruh kolektivitas bangsa Israel sebagai anak Allah, yang dulu Allah, melalui Musa, telah merdekakan dari perbudakan di Mesir.