Sunday, October 31, 2010

Yesus Ternyata Bisa Tertawa...


Perjanjian Baru sama sekali tidak memuat suatu catatan apapun tentang Yesus yang tertawa atau tersenyum selama kegiatannya di tanah Yahudi Palestina abad pertama Masehi. Hal ini menimbulkan suatu gambaran skriptural yang membosankan tentang seorang Yesus yang terlalu serius sehingga tak memiliki waktu lagi untuk tersenyum atau tertawa.

Orang mengatakan bahwa seorang yang sangat serius biasanya akan berumur pendek. Faktanya, Yesus mati ketika dia masih muda. Musuh-musuh-Nya membenci-Nya karena Dia terlalu serius dengan tujuan-Nya untuk mendirikan suatu pemerintahan Allah beyond politics di tanah Yahudi yang sedang dijajah Roma.

Tetapi, pada gambar di atas, seorang seniman Bali, I Gede Sukana Kariana, dari Den Pasar, Bali, Indonesia, melukiskan Yesus sedang tersenyum lebar sementara anak-anak mengerumuninya. 

Sukana Kariana menulis, “Dalam Alkitab, secara eksplisit tak ada suatu sebutanpun bahwa Yesus tersenyum. Hal ini suatu misteri buat saya, sehingga saya harus menemukannya melalui pencarian yang lebih teliti lagi di dalam Alkitab. Tertawa adalah suatu ekspresi alamiah yang dilakukan manusia, untuk mengungkapkan kegembiraan mereka dari dasar hati mereka. Sebagai seorang manusia, Yesus pasti memiliki emosi sama seperti manusia lainnya. Dia hidup sebagai seorang manusia normal. Meskipun tak ada suatu catatan eksplisit tentang bagaimana Yesus tertawa dan tersenyum, namun, ketika Dia berjumpa dengan banyak anak-anak, saya yakin Yesus tertawa dan membuat suatu banyolan bersama mereka.”

Sukar membayangkan Yesus tidak bergembira dan tidak bisa tersenyum dan tertawa di saat-saat Dia bermain bersama anak-anak kecil dari satu tempat ke tempat lainnya. Dunia kanak-kanak adalah dunia senyum, tawa dan dunia bermain dengan hati riang. Hanya anak-anak yang sudah bermental rusak (dilakukan oleh orang dewasa) telah kehilangan senyum, tawa dan canda.



Gambar di atas menampilkan Yesus sedang tertawa sambil mengerdipkan mata kanannya dan tangan kanannya memegang sebuah buku hebat karangan Charles Darwin, berjudul On the Origin of Species 2, dan tangan kirinya mengacungkan jempol. Tampak jelas kalau Yesus ini merekomendasikan buku tersebut untuk anda baca. Dengan ceria Yesus menyatakan dengan bahasa isyarat, hai orang Kristen, terimalah sains evolusi biologis. Mungkin begitu isi pikiran si pembuatnya.

Orang Kristen sebetulnya masih memiliki sebuah injil ekstrakanonik yang diberi nama Injil Yudas yang di dalamnya Yesus digambarkan tertawa ketika dia berada bersama murid-murid-Nya. Ini adalah suatu kabar baik; tetapi kabar buruknya adalah bahwa di sini, dalam injil apokrifal ini, tawa Yesus digambarkan sebagai suatu tawa yang sedikit bernada sinis.

Dalam pemikiran kristologis Kristen Yesus dipandang hampir menyeluruh sebagai sang Mesias yang menderita, yang telah mati dengan cara yang memalukan pada kayu salib konon untuk menyelamatkan manusia dari hukuman Allah karena dosa-dosa mereka. Suatu kematian di kayu salib dan manusia berdosa yang harus dihukum adalah suatu “bahasa teologis yang gelap”, yang kontraproduktif terhadap usaha apapun untuk membangun suatu masyarakat yang sehat dan berbahagia. 

Tetapi, jangan dilupakan, ketika gereja-gereja awal mentransformasi bahasa teologis yang gelap ini, maka penyaliban Yesus berubah menjadi suatu peristiwa Allah mengalami sedalam-dalamnya derita manusia, sekaligus menanggung akibatnya demi membebaskan manusia. Gelap diubah jadi terang, dan sang kegelapan kehilangan kuasa dan sengatnya, lewat peristiwa Jumat Agung dan Paskah gereja.





Oh ya tentu, adalah baik jika orang Kristen sungguh-sungguh memerlukan suatu sosok keagamaan seperti Budai, sang Buddha Tertawa (Mandarin: 笑佛), yang juga secara popular dikenal sebagai sang Buddha Gemuk atau sang Buddha Gede di negeri-negeri yang berbahasa Inggris.

Dipercaya sebagai satu inkarnasi dari Buddha Maitreya yang akan datang di akhir zaman, Budai sering digambarkan sebagai seorang berpenampilan botak, berperawakan gendut dan lebar, dan memakai sebuah jubah serta mengenakan atau membawa sebuah kalung biji tasbih untuk berdoa. Dia membawa sedikit miliknya di dalam sebuah karung goni, kelihatan miskin tetapi puas hati dan senang. Dalam folklor, Budai dikagumi karena keriangannya, karena selalu merasa cukup, dan memiliki hikmat tentang hidup dengan hati puas.

Satu kepercayaan popular dalam folklor menyatakan bahwa jika orang mengusap perut Budai yang gendut, orang itu akan menerima kegembiraan, kekayaan, hoki, dan kesejahteraan. Ya, memandang patung Budai saja sudah sanggup menimbulkan rasa senang di hati.

Tentu, para penganut Buddhisme sangatlah beruntung memiliki Budai, seorang suci yang selalu tertawa riang yang dapat membuat mereka juga senang dan tertawa. Seandainya pun Yesus tidak tertawa, anda sebagai seorang Kristen hendaklah suka tertawa ceria, supaya agama anda yang terlalu serius tidak berubah menjadi sebilah pedang yang tajam menusuk!

Be blessed.