Thursday, December 24, 2009

Babe Jesuses of Asia Were Born


Inilah pemandangan di sekitar peristiwa kelahiran Yesus menurut imajinasi seorang seniman India. Bukan bintang Betlehem tentunya, tetapi bintang Kalkuta yang dari luar menyinari bayi Yesus yang baru dilahirkan. Cahaya bintang ini sangat cemerlang sehingga mengalahkan cahaya lampu-lampu yang dinyalakan dalam ruangan. Selain seekor keledai menemani mereka bertiga, di latar belakang ada juga beberapa ekor sapi yang bagi orang India adalah hewan suci. Munculnya sapi-sapi ini menjadi ciri khas lukisan kelahiran Yesus India ini.



Bunda Maria India, yang di pergelangan kaki dan tangannya memakai gelang-gelang, sedang menimang bayi Yesus yang baru dilahirkan. Sang bayi yang di pangkuannya sudah bisa diajak bercanda dan tertawa-tawa cerah. Di latar depan bukan seekor ular sedang meliuk-liuk naik ke atas, melainkan sebatang pohon kecil. Kegelapan di latar belakang dikalahkan oleh cahaya kemuliaan ilahi yang memancar dari kepala kedua insan berbahagia ini.


Inilah keluarga kudus yang berbahagia: Maria, bayi Yesus dan Yusuf India. Bintang kecil Kalkuta tampak bersinar jauuuh di atas.


Dalam imajinasi seorang pelukis Tiongkok, ketika bayi Yesus baru dilahirkan, yang mengunjungi mereka adalah para gembala (ataukah para tetangga?) laki-laki dan gembala perempuan. Tuan Yusuf bersimpuh di sebelah kiri Bunda Maria. Yusuf tampak bak seorang pembesar dengan topi kebesarannya yang tidak dilepasnya. Selain seekor kerbau dan seekor keledai, ayam-ayam jantan pun ikut bertamu ke rumah (atau kandang?) sederhana tempat kelahiran Yesus. Pasti hingar bingar suasana di ruangan ini, yang tentunya bisa membuat bayi Yesus ketakutan. Silent night mustinya tidak dirasakan bayi yang kebisingan ini.



Menurut imajinasi seorang pelukis Indonesia (yang namanya tidak diketahui), ketika Yesus dilahirkan yang datang berkunjung adalah para tetangga lengkap dengan membawa anak-anak mereka. Di ruangan tempat bayi Yesus dilahirkan, ada sebuah bale-bale; tetapi kasihannya sang bayi diletakkan di lantai tanah ruangan di atas secarik karung bekas atau sehelai kain tebal. Sukar untuk menemukan mana Bunda Maria dan mana Yusuf, apakah pasangan yang di sebelah kanan ataukah pasangan yang di sebelah kiri. 

Sebagai ganti cahaya benderang bintang di langit, yang menerangi ruangan adalah dua lampu tempel besar dan sebuah lampu tempel kecil. Lampu yang satunya lagi, yang letaknya terdepan, tidak bernyala, mungkin karena sudah kehabisan minyak tanahnya. 

Tidak ada hewan apapun dalam ruangan. Tidak ada tiga raja yang datang. Tidak ada persembahan mas, mur dan kemenyan. Bayi Yesus betul-betul dilahirkan dalam kemiskinan, lahir dalam kondisi kerempeng. Maklum, yang dilahirkan ini adalah bayi Yesus Indonesia di suatu kampung miskin yang tidak tersentuh pembangunan yang banyak dikorupsi oleh para pembesar.