Monday, October 26, 2009

The Muslim Madonna and Child Jesus


Di atas ini sebuah lukisan kaum Muslim mengenai Maria (Maryam) yang sedang duduk memangku kanak-kanak Yesus (Isa) di bawah naungan sebatang pohon kurma. Yusuf ada di belakang bukit batu memandang mereka berdua. Selain pada kepala Maryam, pada kepala kanak-kanak Isa dilukiskan ada sebuah mahkota api yang membubung bernyala membakar. Ini adalah sebuah gambaran yang tidak biasa, yang menghubungkan Isa dengan api yang berkobar.



Begitu juga, pada gambar kedua di atas ini, sebuah mahkota api bernyala bertengger pada kepala kanak-kanak Isa yang dipangku Maryam yang sedang duduk di beranda rumah. Sebatang pohon lebat ada di samping mereka.

Dalam Perjanjian Baru, Yesus memang beberapa kali dihubungkan dengan api. Tetapi yang paling menarik adalah sebuah ucapannya yang dicatat dalam Injil Thomas. Dalam
Injil Thomas logion 82, Yesus bersabda, “Dia yang dekat padaku, dekat dengan api; dia yang jauh dariku, jauh dari kerajaan” (Bdk Injil sang Penyelamat 107.43-48; Origenes, Hom. in Jer. L.I [III], 3.104-105; Didimus si Buta, In Ps. 88.8; Pseudo-Efrem, Eksposisi Injil 83).




Api berfungsi membakar, menghanguskan, memurnikan, dan, tentu saja, menerangi atau mencerahkan. 

Orang yang layak menjadi para pengikut Yesus, yang dekat dengan dirinya, adalah orang yang bersedia dekat dengan api, terbakar, hangus, dimurnikan dan budinya dicerahkan. Tentu ini adalah sebuah metafora tentang orang yang dibentuk kembali secara baru dan dimurnikan serta dicerahkan secara radikal. 

Dalam gambaran apokaliptis, kerajaan sorga adalah kerajaan api. Dalam logion 82 Injil Thomas ini, Yesus disamakan dengan api dari kerajaan sorga dan menyatakan diri-Nya juga sebagai api. Orang yang mengalami kristofani akan merasakan Yesus sebagai api yang membakar, dan orang yang tidak siap akan tidak tahan berhadapan dengan-Nya ketika dia menyatakan kemuliaan sorgawinya dalam api yang bernyala. 

Dalam Injil sang Penyelamat 107.43-48, Yohanes meminta Yesus yang sudah dibangkitkan untuk, dalam kristofaninya, mengurangi cahaya api kemuliaan-Nya, sebab jika tidak demikian, para murid akan tidak tahan dan akan dikuasai kegentaran yang mengerikan dan dibinasakan. Orang yang layak menjadi murid-murid Yesus, dengan demikian, adalah orang yang sanggup bertahan ketika berhadapan dengan Yesus yang berwujud api sorgawi, dan, dalam kedekatannya dengan Yesus, mengalami pencerahan budi.



Friday, October 23, 2009

The Muslim Jesus

Dalam pandangan Islam, Yesus adalah seorang Muslim sejati yang dipilih Allah untuk memanggil orang untuk menerima Islam sebagai “jalan lurus” dan memasrahkan diri kepada kehendak Allah. Kalau saya “memasrahkan diri kepada kehendak Allah”, maka saya juga seorang Muslim, tanpa perlu mengikrarkan syahadat Islam terlebih dulu. Gampang, kan? Tetapi kalangan Muslim sendiri seringkali sangat mempersulit orang untuk menjadi Muslim, dengan mengajukan berbagai aturan keagamaan berbelit-belit dan terinci yang harus ditaati, bahkan sampai ada yang perlu menjadi seorang teroris suicide bomber untuk menjadi seorang Muslim sejati.

Inilah gambar wajah Yesus sebagai seorang Muslim: berjenggot, berkumis, bercambang lebat, berkulit sawo matang, memakai sorban hitam. Seorang Kristen ortodoks akan menyatakan, Aah, orang ini sama sekali tidak mirip dengan Yesus saya!

Yesus Muslim memakai jubah putih melambangkan kesuciannya,
tetapi gambar ini juga bisa ditafsir sebagai seorang Yesus muslim yang sedang menunaikan ibadah haji


Kalaupun Yesus memiliki kelebihan, dia dipandang paling jauh hanya sebagai seorang nabī atau seorang rasūl. Jangan sekali-kali memaksa kaum Muslim untuk mengakui bahwa Yesus adalah inkarnasi Allah atau Anak Allah yang memiliki ke-praada-an!

Yesus Muslim berjubah putih sampai menutupi kepalanya, kedua belah tangannya terangkat dalam sikap sembahyang, di belakang kepalanya melingkar cahaya kemuliaan dan sebuah salib

Selain itu, ada beberapa gelar lain yang diberikan kepada Yesus dalam tradisi Islam, yakni Yesus sebagai mubārak (= “orang yang diberkati” atau “sumber kebaikan bagi orang lain”), wadjih (“orang yang patut dikagumi di dunia maupun di akhirat”), ‘ abd-Allāh (=hamba Allah), al-Masīḥ (=sang Mesias), kalimatullah (=firman Allah) dan lain-lain.

Ini sebuah sketsa Yesus berwajah Arab, mengenakan sorban bermotif mirip sorban yang dulu biasa dipakai Yasser Arafat; tampaknya sketsa ini belum rampung

Nah, saya akhirnya tergelitik bertanya, Siapa yang lebih tampan, Nabi Muhammad ataukah Yesus Muslim dalam gambar-gambar di atas? Barangkali ada yang mau menyumbang gambar wajah sang Nabi kepada saya?

Sunday, October 11, 2009

The Original Dark-Skinned Jesus

Menurut anda bagaimana rupa wajah Yesus yang sebenarnya? Berkulit putih, berambut panjang pirang dan berombak serta berbiji mata biru, seperti yang mungkin dipajang pada dinding kamar belajar anda? Aah, itu adalah wajah Yesus dari para pelukis Zaman Barok (Renaissance) di Eropa (abad 14-abad 16), yang mula-mula merupakan salah satu dari sekian lukisan wajah Ceasare Borgia, seorang putera berkepribadian buruk dari Paus Aleksander VI (dikenal juga sebagai Rodrigo Borgia) (1431-1503), yang dilukis oleh Michelangelo Buonarroti dan Leonardo da Vinci atas permintaan ayahnya pada tahun 1492 (menurut sebuah catatan Aleksandre Dumes, Celebrated Crimes, jilid I).

Patung 3-Dimensi kepala dan wajah seorang laki-laki di atas tentu tidak anda kenal, bukan? Perhatikanlah: dia berkulit gelap sawo matang dan sedikit hitam, berambut tebal, lurus, pendek, berkeriting kusut dan berwarna hitam, serta kedua biji matanya berwarna coklat. Anda perlu tahu, patung ini adalah sebuah patung kepala Yesus dari Nazaret yang dirancangbangun dengan suatu metode ilmiah oleh sebuah tim yang ditugaskan oleh TV BBC London dengan memakai bukti-bukti medis forensik, arkeologis, geografis dan artistik yang diperoleh dari abad pertama Masehi, masa kehidupan Yesus sendiri. Potret patung ini dipublikasi pertama kali secara khusus pada suatu acara tayangan TV BBC selama musim Paskah 2001, tayangan yang diberi judul Son of God.

Bentuk dan volume tengkorak patung ini dirancang dengan memakai sebuah model dari sebuah tengkorak laki-laki yang ditemukan di Israel, yang berasal dari abad pertama. Hal ini harus dilakukan sebab, seperti dijelaskan oleh tim BBC itu, “Kepala orang-orang Yahudi pada masa kini berbeda dari kepala mereka pada 2000 tahun lalu; karena itulah tim kami mencari sebuah tengkorak seorang laki-laki Yahudi dari masa kehidupan Yesus.” Pengonstruksian patung kepala Yesus dari Nazaret ini sendiri ditangani oleh seorang seniman medis forensik Richard Neave dari Universitas Manchester. Salah seorang anggota tim BBC itu, Joe Zias, seorang arkeolog Israel, menyatakan, “Dalam merekonstruksi kepala ini, kami tidak mengklaim bahwa inilah persisnya wajah Yesus; tetapi kami mencoba untuk menyingkirkan semua citra buruk sekian banyak figur Yesus yang bukan-bukan, yang dilukiskan berambut pirang, bermata biru, yang menjadi ciri produk-produk Hollywood.” Jeremy Brown, presenter tayangan Son of God ini, berkomentar, “Yesus bukanlah seorang yang berambut pirang dan bermata biru, seperti yang sangat sering digambarkan dalam kartu-kartu Paskah. Citra yang kami telah bangun jauh lebih realistik.”

Kalau ditelusuri ke belakang, ternyata gambar-gambar wajah Yesus yang bukan gambar-gambar dari Zaman Barok cukup banyak tersedia, yang memperlihatkan Yesus bukan seorang kulit putih, berambut pirang dan bermata biru. Perhatikanlah gambar dan patung di bawah ini, yang lebih mirip dengan gambar patung Yesus dari Nazaret yang dihasilkan tim BBC di atas.

Wajah Yesus berkulit gelap kehitaman dengan sepasang mata hitam di atas ini berasal dari sebuah gereja di Roma, dari kurun tahun 530 M. Gambar ini sama sekali tidak mirip dengan gambar wajah Yesus Zaman Barok manapun yang dilukis jauh lebih kemudian.

Patung seorang perempuan di atas ini terkenal sebagai Black Madonna, Bunda Maria Hitam, yang sedang memangku kanak-kanak Yesus yang tentu saja juga berkulit hitam. Patung ini bukanlah patung-patung yang dibangun di zaman modern untuk mempropagandakan Teologi Hitam sebagaimana dihayati banyak orang Kristen kulit hitam di Afrika maupun di Amerika Utara oleh modern black Americans. Patung-patung Madonna Hitam semacam ini, ada yang dibuat dari kayu dan ada juga yang dari batu, jumlahnya sampai lima atau enam ratusan lebih dan dibuat pra-zaman Barok, pada zaman Abad Pertengahan (abad ke-11 sampai abad ke-15), dan sekarang ini tersebar di banyak gereja, kuil, tempat suci dan museum di banyak kota di Eropa Barat, mula-mula dibuat di Italia pada abad ke-13 atau abad ke-14. Mengapa keduanya berkulit hitam? Salah satu penjelasan yang paling masuk akal adalah bahwa Black Madonna menampilkan warna kulit yang sebenarnya dari Bunda Maria dan puteranya, Yesus.


Perhatikan raut wajah Yesus dari Ethiopia abad ke-17 atau abad ke-18 pada gambar di atas ini. Kulit wajahnya berwarna sawo matang, dengan rambutnya hitam kelam tebal dan sepasang biji matanya berwarna hitam. Wajah Yesus Ethiopia abad ke-17 ini sama sekali tidak mirip dengan wajah Yesus Zaman Barok.

Di atas ini adalah sebuah lukisan wajah Yesus berkulit gelap, berambut hitam tebal kusut dan bermata hitam, dari tahun 1960. Wajahnya hampir serupa dengan wajah Yesus yang dibangun oleh tim BBC di atas.

Apa kesimpulan yang bisa ditarik? Ya, tidak lain, bahwa wajah Yesus berkulit putih, berambut pirang panjang dan bermata biru, Yesus Zaman Barok, bukanlah wajah asli Yesus dari Nazaret. Dan, tentu saja, orang Kristen yang sudah terbiasa berpaling ke Eropa untuk mencari sumber-sumber kekayaan dogmatis dan spiritual mereka akan sangat tidak menyukai sang Yesus yang berkulit gelap sawo matang, berambut hitam pekat, pendek dan agak kusut, serta berbijimata coklat, seperti yang telah berhasil direkonstruksi oleh tim BBC.

Bagi orang-orang Kristen ortodoks Eropa, termasuk orang-orang Kristen ortodoks Indonesia, Yesus dari tim BBC ini sungguh suatu penghinaan, sungguh suatu ajaran yang heterodoks dan karenanya patut ditolak dan dikutuki. Yesus heterodoks dari tim BBC ini sangat membuat mereka merasa diserang dan dilukai, persis sama dengan perasaan orang-orang Farisi ketika mereka melihat Yesus dari Nazaret
sedang duduk dan makan semeja dengan para pemungut cukai dan orang berdosa, padahal sang rabi informal ini boleh dikata sama pekerjaannya dengan mereka sebagai guru-guru masyarakat. Tetapi, orang harus tidak boleh lupa, di dalam heterodoksi kebenaran malah sering lebih kentara ada, ketimbang di dalam ortodoksi. Berbahagialah mereka yang heterodoks!