
Dalam kepercayaan religius India, seorang Sadguru mengajarkan orang hal-hal terpenting dalam kehidupan yang perlu diketahui dan dihayati para murid. Seorang Sadguru dipercaya memiliki titiksa (toleransi) dan karuna (belarasa), bersahabat dengan semua makhluk hidup, bebas dari segala nafsu serakah, dan pikiran serta kesadarannya senantiasa terpusat pada Krisna, Allah yang Mahakuasa dalam kepercayaan Hindu. Seorang Sadguru bahkan dipercaya merupakan wujud kehadiran Allah dalam rupa manusia, seorang Avatara. Dalam kepercayaan para penyembah Dewa Siwa (Saiva Sidddhanta), Allah sendiri dipercaya datang dalam rupa seorang guru kebenaran pada waktu para murid, setelah melewati suatu periode persiapan pertarakan, sudah siap menerima pengajaran atau dharma yang membawa orang kepada puncak kesatuan dengan sang Brahman. Dengan demikian, tugas terpenting seorang guru adalah mengajarkan orang tentang dharma dan membawa mereka ke dalam kesatuan dengan Allah yang mahakuasa.

Tampaknya, pemahaman India tentang Yesus sebagai Sadguru lebih dapat ditampilkan jika sang pelukis mencari inspirasi dari Injil Yohanes dan mengontekstualisasikannya dengan kebudayaan India, ketimbang dari Injil-injil Sinoptik yang menggambarkan Yesus sebagai sang guru yang mengajar pengetahuan mengenai Taurat (lihat Lukas 18:18-27; Matius 19:16-26; Lukas 10:25-28).