Di atas ini sebuah lukisan kaum Muslim mengenai Maria (Maryam) yang sedang duduk memangku kanak-kanak Yesus (Isa) di bawah naungan sebatang pohon kurma. Yusuf ada di belakang bukit batu memandang mereka berdua. Selain pada kepala Maryam, pada kepala kanak-kanak Isa dilukiskan ada sebuah mahkota api yang membubung bernyala membakar. Ini adalah sebuah gambaran yang tidak biasa, yang menghubungkan Isa dengan api yang berkobar.
Begitu juga, pada gambar kedua di atas ini, sebuah mahkota api bernyala bertengger pada kepala kanak-kanak Isa yang dipangku Maryam yang sedang duduk di beranda rumah. Sebatang pohon lebat ada di samping mereka.
Dalam Perjanjian Baru, Yesus memang beberapa kali dihubungkan dengan api. Tetapi yang paling menarik adalah sebuah ucapannya yang dicatat dalam Injil Thomas. Dalam Injil Thomas logion 82, Yesus bersabda, “Dia yang dekat padaku, dekat dengan api; dia yang jauh dariku, jauh dari kerajaan” (Bdk Injil sang Penyelamat 107.43-48; Origenes, Hom. in Jer. L.I [III], 3.104-105; Didimus si Buta, In Ps. 88.8; Pseudo-Efrem, Eksposisi Injil 83).
Dalam Perjanjian Baru, Yesus memang beberapa kali dihubungkan dengan api. Tetapi yang paling menarik adalah sebuah ucapannya yang dicatat dalam Injil Thomas. Dalam Injil Thomas logion 82, Yesus bersabda, “Dia yang dekat padaku, dekat dengan api; dia yang jauh dariku, jauh dari kerajaan” (Bdk Injil sang Penyelamat 107.43-48; Origenes, Hom. in Jer. L.I [III], 3.104-105; Didimus si Buta, In Ps. 88.8; Pseudo-Efrem, Eksposisi Injil 83).
Api berfungsi membakar, menghanguskan, memurnikan, dan, tentu saja, menerangi atau mencerahkan.
Orang yang layak menjadi para pengikut Yesus, yang dekat dengan dirinya, adalah orang yang bersedia dekat dengan api, terbakar, hangus, dimurnikan dan budinya dicerahkan. Tentu ini adalah sebuah metafora tentang orang yang dibentuk kembali secara baru dan dimurnikan serta dicerahkan secara radikal.
Dalam gambaran apokaliptis, kerajaan sorga adalah kerajaan api. Dalam logion 82 Injil Thomas ini, Yesus disamakan dengan api dari kerajaan sorga dan menyatakan diri-Nya juga sebagai api. Orang yang mengalami kristofani akan merasakan Yesus sebagai api yang membakar, dan orang yang tidak siap akan tidak tahan berhadapan dengan-Nya ketika dia menyatakan kemuliaan sorgawinya dalam api yang bernyala.
Dalam Injil sang Penyelamat 107.43-48, Yohanes meminta Yesus yang sudah dibangkitkan untuk, dalam kristofaninya, mengurangi cahaya api kemuliaan-Nya, sebab jika tidak demikian, para murid akan tidak tahan dan akan dikuasai kegentaran yang mengerikan dan dibinasakan. Orang yang layak menjadi murid-murid Yesus, dengan demikian, adalah orang yang sanggup bertahan ketika berhadapan dengan Yesus yang berwujud api sorgawi, dan, dalam kedekatannya dengan Yesus, mengalami pencerahan budi.