Lukisan di atas ini, yang dibuat oleh seniman Bali I Nyoman Darsane pada 1978, dapat ditafsirkan dalam dua cara: entah menggambarkan seorang perempuan Bali yang sedang beribadah dan berdoa kepada Yesus yang dipercaya sebagai sang Terang adikodrati yang turun dari sorga lalu tinggal di antara manusia sebagai sang manusia sejati, atau mengisahkan suatu peristiwa kosmik adikodrati sang Firman atau sang Logos menjadi sang manusia sejati melalui rahim perawan Maria yang saleh. Matahari kuning di latar belakang melambangkan kawasan adikodrati, kawasan dari mana sang Firman telah turun.
Si perempuan sedang mengambil posisi dan sikap seorang penyembah dan pemercaya yang rendah hati di hadapan Allahnya, suatu posisi dan sikap khusus yang umum diambil orang Bali ketika melaksanakan suatu ritual keagamaan.
Si perempuan memegang sekuntum bunga teratai di antara jari-jari tangannya, bunga yang di dalam agama-agama Timur dipandang sebagai suatu simbol kekudusan, kemurnian, keilahian, pencerahan, kesatuan segenap ciptaan, bela rasa, transformasi diri, kesehatan, kedamaian, ketenangan dan kehidupan.
Pada pinggir-pinggir bingkai kita dapat melihat gambar-gambar roh-roh jahat yang telah dibuat tercerai-berai, tersudut dan dikalahkan oleh kekuatan terang ilahi yang memancar dari seluruh tubuh sang Firman yang menjadi manusia. Berbagai roh jahat pada lukisan ini menggambarkan satu makhluk mitologis yang dikenal orang Bali sebagai Banaspasti Raja, yang artinya Raja Hutan.
Si perempuan sedang mengambil posisi dan sikap seorang penyembah dan pemercaya yang rendah hati di hadapan Allahnya, suatu posisi dan sikap khusus yang umum diambil orang Bali ketika melaksanakan suatu ritual keagamaan.
Si perempuan memegang sekuntum bunga teratai di antara jari-jari tangannya, bunga yang di dalam agama-agama Timur dipandang sebagai suatu simbol kekudusan, kemurnian, keilahian, pencerahan, kesatuan segenap ciptaan, bela rasa, transformasi diri, kesehatan, kedamaian, ketenangan dan kehidupan.
Pada pinggir-pinggir bingkai kita dapat melihat gambar-gambar roh-roh jahat yang telah dibuat tercerai-berai, tersudut dan dikalahkan oleh kekuatan terang ilahi yang memancar dari seluruh tubuh sang Firman yang menjadi manusia. Berbagai roh jahat pada lukisan ini menggambarkan satu makhluk mitologis yang dikenal orang Bali sebagai Banaspasti Raja, yang artinya Raja Hutan.
Lukisan I Nyoman Darsane di atas ini dapat dibandingkan dengan sebuah lukisan yang seluruhnya hampir serupa, yang pada 2005 dibuat oleh Sawai Chinnawong, seniman Thai yang menggunakan gaya artistik khas populer Thailand utara dan tengah, yang aslinya dipakai untuk menggambarkan prinsip moral Buddhis dan tema-tema keagamaan lainnya, untuk mengeks-presikan perspektif gabungan Kristen-Buddhis sang seniman.
Bola cahaya yang dipegang tangan-tangan sang Kristus yang menyimbolkan Roh Kudus akan segera memasuki rahim perempuan Maria yang bersahaja, yang membuatnya hamil oleh roh Allah untuk melahirkan Yesus sang manusia sejati. Sayangnya, seekor anjing yang tertidur pulas di hadapannya tidak mengetahui peristiwa kosmik adikodrati ini; si anjing ini sama sekali tak berurusan dengan mitologi.